Minggu, 31 Oktober 2010

Halloween
Halloween
Hallowe'en

Jack-o'-lantern, labu simbol Halloween
Disebut juga
All Hallows Eve
All Saints' Eve
Samhain
Hallowed End
Dirayakan
Kanada, Irlandia, Selandia Baru,Britania Raya, Jepang, Bahama,Amerika Serikat, Australia, Swedia, dan negara-negaraAmerika Latin (sebagai Noche de las Brujas atau malam penyihir)
Tanggal
31 Oktober
Perayaan
Anak-anak berkeliling ke rumah tetangga meminta permen (trick or treating), berjalan-jalan ke "tempat berhantu", mengambil apel di dalam air dengan mulut, pesta kostum, mengukir/memajang labu jack-o'-lantern, api unggun dan kembang api.
Halloween atau Hallowe’en adalah tradisi perayaan malam tanggal 31 Oktober, dan terutama dirayakan di Amerika Serikat. Tradisi ini berasal dari Irlandia, dan dibawa oleh orang Irlandia yang beremigrasi ke Amerika Utara. Halloween dirayakan anak-anak dengan memakai kostum seram, dan berkeliling dari pintu ke pintu rumah tetangga meminta permen atau cokelat sambil berkata "Trick or treat!" Ucapan tersebut adalah semacam "ancaman" yang berarti "Beri kami (permen) atau kami jahili." Di zaman sekarang, anak-anak biasanya tidak lagi menjahili rumah orang yang tidak memberi apa-apa. Sebagian anak-anak masih menjahili rumah orang yang pelit dengan cara menghiasi pohon di depan rumah mereka dengan tisu toilet atau menulisi jendela dengan sabun.
Halloween identik dengan setan, penyihir, hantu goblin dan makhluk-makhluk menyeramkan dari kebudayaan Barat. Halloween disambut dengan menghias rumah dan pusat perbelanjaan dengan simbol-simbol Halloween.
Daftar isi
 [sembunyikan]
·         1 Sejarah
o    1.1 Asal usul istilah
·         2 Simbol Halloween
·         3 Perayaan di Amerika Serikat
·         4 Referensi
·         5 Daftar pustaka
·         6 Pranala luar
Sejarah
Halloween berasal dari festival Samhain (dari bahasa Irlandia Kuno samain) yang dirayakan orang Kelt zaman kuno. Festival Samhain merupakan perayaan akhir musim panen dalam kebudayaan orang Gael, dan kadang-kadang disebut "Tahun Baru Kelt". Orang Kelt yang menganut paganisme secara turun temurun menggunakan kesempatan festival untuk menyembelih hewan ternak dan menimbun makanan untuk persiapan musim dingin. Bangsa Gael kuno percaya bahwa tanggal 31 Oktober, pembatas dunia orang mati dan dunia orang hidup menjadi terbuka. Orang mati membahayakan orang hidup dengan membawa penyakit dan merusak hasil panen. Sewaktu merayakan festival, orang Gael menyalakan api unggun untuk membakar tulang-tulang dari hewan yang mereka sembelih. Orang Gael mengenakan kostum dan topeng untuk berpura-pura sebagai arwah jahat atau berusaha berdamai dengan mereka.
Asal usul istilah
Halloween merupakan kependekan dari All Hallows' Even (eve dan even sama-sama berarti petang/malam) yang berarti malam sebelum hari raya All Hallow yang sekarang disebut Hari Raya Semua Orang Kudus (All Saints Holy Day). Huruf "n" di akhir kata Halloween berasal dari kata even.. Pada zaman dulu, tanggal 1 November dipakai sebagai hari festival keagaamaan di berbagai tradisi paganisme Eropahingga Paus Gregorius III dan Paus Gregorius IV memindahkan perayaan All Saints' Day menurut kalender santo dari tanggal 13 Mei ke tanggal 1 November. Tanggal 13 Mei dulunya dirayakan sebagai hari raya paganisme untuk festival Lemuria.
Hari Raya Semua Orang Kudus ditentukan misionaris Kristen bertepatan dengan hari raya pagan dengan alasan ingin orang pagan mempercayai agama Kristen. Hari Para Arwah (Day of the Dead) yang merayakan kedatangan arwah sanak keluarga dan kerabat kembali ke bumi sampai sekarang masih diperingati di beberapa negara seperti di Brazil, Meksiko, dan Filipina.
Simbol Halloween
Simbol Halloween yang dimengerti secara universal adalah labu yang diukir membentuk wajah "menyeramkan" yang disebut Jack-o'-lantern. Di dalam Jack-o'-lantern biasanya diletakkan lilin menyala atau lampu agar terlihat lebih seram di tempat gelap.
Di Amerika Serikat, lentera Jack-o'-lantern sering diletakkan di depan pintu masuk rumah sesudah hari mulai gelap. Tradisi mengukir Jack-o'-lantern berasal dari Amerika Utara yang banyak menghasilkan labu berukuran besar.
Simbol-simbol perayaan Halloween menggambarkan keadaan alam di musim gugur, termasuk labu hasil panen dan orang-orangan sawahsebagai penjaga hasil panen. Selain itu, simbol-simbol Halloween juga dekat dengan kematian, keajaiban, monster, dan karakter menyeramkan hasil rekaan pembuat film Amerika dan perancang grafis. Karakter-karakter yang sering dikaitkan dengan Halloween adalah setan dan iblis dari kebudayaan Barat, manusia labu, makhluk angkasa luar, penyihir, kelelawar, burung hantu, burung gagak, burung bangkai, rumah hantu, kucing hitam, laba-laba, goblin, zombie, mumi, tengkorak, dan manusia serigala. Karakter film horor klasik seperti drakula atau monster Frankenstein juga dipakai untuk perayaan Halloween. Hitam dan oranye dianggap sebagai warna tradisional Halloween, walaupun sekarang banyak juga barang-barang Halloween berwarna ungu, hijau dan merah.
Di belahan bumi beriklim sejuk, perayaan Halloween berlangsung di musim apel. Salah satu makanan Halloween adalah apel karamel (apel yang dicelup ke dalam cairan gula). Hidangan lain yang lekat dengan tradisi Halloween adalah pai labu, sari buah apel (minuman cider),candy corn, bonfire toffee, candy apple, dan permen yang dibungkus dengan warna-warni Halloween (oranye, coklat, atau hitam).
Perayaan di Amerika Serikat
Bagi anak-anak di Amerika, Halloween berarti kesempatan memakai kostum Halloween dan mendapatkan permen, sedangkan bagi orang dewasa adalah kesempatan berpesta kostum. Bagi pedagang eceran di Amerika, Halloween berada di urutan kedua di bawah hari Natal sebagai perayaan yang paling yang menguntungkan..
Sejarah topeng dan kostum Halloween sebelum tahun 1900 di Amerika atau di tempat lain masih sedikit yang diketahui karena keterbatasan sumber primer. Kostum Halloween yang diproduksi massal belum terlihat di toko-toko hingga tahun 1950-an, walaupun topeng Halloween sudah ada lebih dulu.
Di tahun 2005, asosiasi produsen permen Amerika melaporkan 80% orang dewasa berencana membagi-bagikan permen kepada anak-anak yang datang , sedangkan 93% anak-anak ingin berkeliling dari pintu ke pintu rumah tetangga di malam Halloween.
Kota Anoka di negara bagian Minnesota mengklaim diri sebagai "ibu kota Halloween" dan merayakannya dengan pawai besar-besaran. Kota Salem di Massachusetts yang terkenal dengan legenda tukang sihir dari Salem biasanya didatangi lebih banyak wisatawan menjelang perayaan Halloween.
Kota New York mengadakan pawai perayaan Halloween terbesar di Amerika Serikat yang disebut The Village Halloween Parade. Pawai yang dirintis pembuat topeng di Greenwich Village New York sekarang menarik perhatian 50 ribu peserta berkostum dan ditonton oleh 4 juta pemirsa televisi.

Sabtu, 30 Oktober 2010

Conditional Sentences


Wah hari ini sial banget Ms. Netty mengadakan ulangan mendadak huhuhu ;-(. materinya Conditional sentences lagi malah belum belajar nggak ngudeng'' lagi, emm dari pada ngomel g karuan mending kita belajar lagi yuk''.
Berbeda dengan real conditionals,  makna dari kalimat conditional tipe ini selalu bertolak belakang dengan kenyataan (fakta). Artinya, jika faktanya dalam kalimat positif (affirmative), conditionalnya pasti dalam kalimat negatif; Sebaliknya, jika faktanya dalam kalimat negatif, conditionalnya harus dalam kalimat positif.
Ada dua tipe kalimat unreal conditionals, yaitu: jika faktanya dalam simple present tense dan jika faktanya dalam simple past tense. Unreal conditionals dapat dibuat dengan menggunakan conjunctions “if” (seperti halnya dalam real conditionals), dengan menginversi (menempatkan kata bantu) ke depan subject kalimat, dengan menggunakan “as if” atau “as though“, dan verb “wish“. Penggunaan verb “wish” ini akan dibandingkan dengan penggunaan verb “hope“.
A. Unreal conditionals jika faktanya dalam simple present tense
a. Jika faktanya dalam simple present tense atau future tense, maka conditionalnya mengikuti pola berikut:
If + S + verb2,  S +
would
could
might
+ Verb1
Contoh:
1.    If the teacher didn’t speak quickly, I could understand better what he is teaching about. (Jika guru itu tidak berbicara dengan cepat, saya dapat memahami dengan lebih baik apa yang dia sedang ajarkan). Fakta dari kalimat ini adalah: the teacher speaks quickly, so that, I can’t understand well what he is teaching about.
2.    He could hug me, if he were here. (Dia boleh memeluk saya, jika dia di sini). Faktanya: he can’t hug me, because, he is not here.
3.    If I had a pair of wings, I would fly high. (Jika saya punya sepasang sayap, saya mungkin terbang tinggi). Faktanya: I don’t have a pair of wings, I cannot fly high.
Perhatikan: 
1.    Selalu gunakan be “were”; Be “Was” tidak pernah digunakan dalam unreal conditional (lihat contoh2).
2.    Jika main clause dan if clause dalam kalimat pengandaian merupakan kalimat positif (affirmative), faktanya harus dalam kalimat negatif. Sebaliknya, jika main clause dan if clause dalam kalimat pengandaian merupakan kalimat negatif, maka faktanya harus dalam kalimat positif.
B. Unreal conditionals jika faktanya dalam simple past tense
Jika faktanya dalam simple past tense atau past future tense, maka conditionalnya mengikuti formula berikut:
If + S + had +verb3,  S +
would
could
might
+ have +Verb3
Contoh:
1.    If Robby had not gone to a movie last night, he would not have met Susan (jika Robby tidak pergi nonton film (di bioskop) tadi malam, dia tidak akan berjumpa dengan Susan). Fakta dari kalimat ini adalah: Robby went to a movie last night, then, he met Susan.
2.    If the German football team had played well, it could have beaten Spanish team (jika team sepak bola Jerman bermain bagus, team itu dapat mengalahkan team Spanyol). Faktanya: German foot ball team didn’t play well, it couldn’t beat the Spanish team.
3.    You could have answered the questions well If you had studied well last night (kamu dapat menjawab soal-soal dengan baik, jika kamu belajar dengan baik tadi malam). Faktanya adalah: you couldn’t answer the questions well, because, you didn’t study well last night.
Perhatikan: Unreal condition yang kedua ini juga dapat diekspresikan dengan menempatkan auxiliaryhad di awal kalimat. Arti kalimat tidak berubah. Dalam hal ini, kata if tidak digunakan. Jika formula berikut yang digunakan, main clause selalu ditempatkan di belakang (setelah sub-clause). 
Had + S + verb3,  S +
would
could
might
+ have +Verb3
Contoh:
1.    Had Robby not gone to a movie last night, he would not have met Susan.
2.    Had the German football team played well, it could have beaten the Spanish team.
3.    Had you studied well last night, you could have answered the questions well.

Penggunaan As if/As though dalam unreal conditionals
Conjunction as if atau as though (artinya: seolah-olah) juga dapat digunakan untuk mengekspresikan situasi yang bertolak belakang dengan kenyataan. Untuk tujuan ini, verb yang mengikuti conjunction ini harus dalam bentuk past tense (verb2) atau past perfect tense (had + verb3).
S + verb1 + as if/as though +  S + verb2
Contoh:
1.    Norman behaves as if he were a president. (Norman berperilaku seolah-olah dia seorang presiden). Faktanya, he is not a president.
2.    You look as though you saw a ghost (you tampak seolah-olah kamu melihat setan). Faktanya, you don’t see a ghost.
3.    The plant grows fast as if it were 5 years old (tanaman itu tumbuh cepat seolah-olah tanaman itu berumur 5 tahun). Faktanya, the plant is 1 years old.
S + verb2 + (as if/as though) +  S + had + verb3
Contoh:
  1. Ali talked about the contest as if he had won the grand prize. (Ali bercerita tentang kontes itu seolah-olah dia telah memenangkan hadiah utama). Faktanya, he didn’t win the grand prize.
  2. He spoke as though he had not stolen the money. (Dia berkata seolah-olah dia tidak mencuri uang itu). Faktanya, he stole the money.
  3. She cried as though she had not been happy at all. (Dia menangis seolah-olah dia tidak bahagia sama sekali) Faktanya, she was happy at all (itu tangis kebahagiaan kali!).
Penggunaan Wish/hope dalam conditional sentences
Verb wish dan hope sama-sama berarti berharap, tetapi penggunaannya dalam kalimat sangat berbeda. Hope digunakan untuk mengekspresikan sesuatu yang mungkin terjadi atau akan mungkin terjadi. Sebaliknya, wish digunakan untuk menyatakan sesuatu yang pasti tidak terjadi atau tidak akan mungkin terjadi.Hope dapat diikuti oleh verb dalam sembarang tensis; wish tidak dapat diikuti oleh verb dalam simple present tense atau  modal auxiliary simple present tense.
Perhatikan perbedaan penggunaan wish dan hope pada contoh-contoh di bawah ini:
  1. We hope that they can come. (kita berharap bahwa mereka bisa datang). Dalam kalimat ini subject wethey bisa datang atau tidak. Tetapi, ada kemungkinan bahwa they bisa datang. tidak tahu apakah
  2. We wish that they could come. (kita berharap bahwa mereka bisa datang). Di sini, we sudah tahu bahwa they tidak bisa datang. Faktanya adalah: they can’t come.
  3. I hope that they came yesterday. (saya berharap kamu datang kemarin). Di sini, tidak tahu apakah they datang atau tidak kemarin.
  4. I wish that they had come yesterday. (saya berharap bahwa mereka datang kemarin). Di sini,  I sudah tahu bahwa they didn’t come yesterday. Faktanya adalah: they didn’t come yesterday.
Jadi, clause yang mengikuti wish clause pada prinsipnya adalah unreal conditional.
Penggunaan wish dalam unreal conditionals ada 3, yaitu: future wish, present wish, dan past wish.
a. Future wish
S + wish + (that) +  S +
could + verb1
would +verb1
were + verb-ing
Note: Penggunaan relative pronoun that” adalah optional (bisa digunakan, bisa juga tidak):
Contoh:
  1. I wish my friend would visit me this afternoon. (Saya berharap teman saya akan mengunjungi saya sore ini). Faktanya: my friend will not come this afternoon.
  2. They wish that you could come to the party tonight. (Mereka berharap bahwa kamu bisa datang sebentar malam). Faktanya: you can’t come.
  3. Bobby wishes he were coming with Angelia.  (Bobby berharap dia datang dengan Angelia). Faktanya: Bobby is not coming with Angelia.
b. Present wish
S + wish + (that) +  S + verb2
Contoh:
  1. wish I were rich. (Saya berharap saya kaya). Faktanya adalah: I am not rich.
  2. wish had enough time to finish my work. (Saya berharap saya punya cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan saya). Faktanya: I don’t have enough time to finish my work.
  3. John wishes that Ririn were old enough to be his girl friend. (John berharap bahwa Ririn cukup umur untuk menjadi pacarnya). Faktanya:Ririn is not old enough to be John’s girl friend.
  4. wish didn’t have to come to class today.  (Saya berharap saya tidak harus pergi kuliah hari ini). Faktanya: I have to go to class today.
  5. wish my TOEFL score were over 650 now. (Saya berharap nilai TOEFL saya sekarang lebih dari 650). Faktanya: my TOEFL score is not over 650 now.
c. Past wish
S + wish + (that) +  S +
had + verb3
could + had + verb3
Contoh:
  1. I wish I had washed my clothes yesterday. (Saya berharap saya telah cuci pakaian-pakaian saya kemarin). Faktanya: I didn’t wash my clothes yesterday.
  2. Irwan wishes that he had answered the questions well. (Irwan berharap bahwa dia telah menjawab soal-soal dengan baik). Faktanya: Irwan didn’t answer the questions well.
  3. Christian Ronaldo wishes that his team could have beaten the German team.  (Christian Ronaldo berharap bahwa teamnya dapat mengalahkan team Jerman). Faktanya: Christian Ronaldo’s team couldn’t beat the German team.
  4. I wish you had been here last night. (Saya berharap kamu ada di sini tadi malam). Faktanya: you were not here last night.
      Nah.. kita telah mengerti nih conditional sentences mari kita kerjakan beberapa soal berikut dan berikan Facta nya.
      Namun kita harus ingat rumusnya:
PATTERN:
Type I
IF + S + V1, S + will + V1
Type II
IF + S + V2, S + would + V1
Type III
IF + S + had + V3, S + would have + V3
Contoh soal Conditional Sentences
Type 1 :
  1. If you send this letter now, she will receive it tomorrow.
  2. If I do this test, I will improve my English.
  3. If I find your ring, I will give it back to you.
  4. Peggy will go shopping if she has time in the afternoon.
  5. Simon will go to London next week if he gets a cheap flight.
  6. If her boyfriend does not phone today, she will leave him.
  7. If they do not study harder, they will not pass the exam.
  8. If it rains tomorrow, I will not have to water the plants.
  9. You will not be able to sleep if you watch this scary film.
  10. Susan cannot move into the new house if it is not ready on time.
Type 2 :
  1. If you had studied for the test, you would have passed it.
  2. If you had asked me, I would have helped you.
  3. If we had gone to the cinema, we would have seen my friend Jacob.
  4. If you had spoken English, she would have understood.
  5. If they had listened to me, we would have been home earlier.
  6. I would have written you a postcard if I had had your address.
  7. If I had not broken my leg, I would have taken part in the contest.
  8. If it had not started to rain, we would have walked to the museum.
  9. We would have swum in the sea if there had not been so many sharks there.
  10. If she had taken the bus, she would not have arrived on time.
Type 3 :
  1. If you had studied for the test, you would have passed it.
  2. If you had asked me, I would have helped you.
  3. If we had gone to the cinema, we would have seen my friend Jacob.
  4. If you had spoken English, she would have understood.
  5. If they had listened to me, we would have been home earlier.
  6. I would have written you a postcard if I had had your address.
  7. If I had not broken my leg, I would have taken part in the contest.
  8. If it had not started to rain, we would have walked to the museum.
  9. We would have swum in the sea if there had not been so many sharks there.
  10. If she had taken the bus, she would not have arrived on time.